Skip to main content

Third-degree Discrimination



Salam Ekonomuda! Yo lagi-lagi kita mau ngasih sedikit tulisan tentang teori-teori ekonomi nih. Meskipun penulis tahu bahwasanya penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik serta saran kalian akan membantu melengkapi tulisan ini dan kita sama-sama berdakwah In syaaAllah ..

Jadi seperti yang telah kita sepakati bersama beberapa hari yang mengenai salah satu soal kurva dan mayoritas dari kalian kebanyakan memberikan emot “sad” yang bermakna “bahas langsung aja min” wkwk. Well untungnya gue agak peka jadi yaa your command is my honour.

Tanpa basa-basi lagi disini kita mau ngejelasin soal kurva “Third-degree Discrimination” atau bahasa lainya “Diskriminasi Derajat Ketiga”. Jadi, ceritanya gini .. disuatu ketika munculah peri cantik nan kecil hidup di tepi sungai mencari ……. Eh salah-salah wkwk oke jadi gini kisah sebenernya :

Sebenernya dari kondisi ekstrim pasar, baik itu ekstrim kiri (PPS) dan ekstrim kanan (Monopoli) Keduanya memiliki beberapa masalah yang awalnya kita gaktau (?) dan mungkin gakmau tau (?). Kayak gini misalnya, PPS itu kan struktur pasar dimana banyak penjual dan pembeli kan ya? Bukan berarti dengan banyaknya pembeli, penjual bisa sejahtera karena dapet lebih banyak uang dan bukan berarti supply yang tinggi menyejahterakan perusahaan yang menyuplai. Begitu juga dengan Monopoli, bukan berarti dia perusahaan tunggal berarti dia bisa set price seenak jidat dia jadi untung tak terbatas dan bukan berarti ketika mereka tidak memiliki competitor mereka leha-leha dirumah sambil ngipas pakek kertas yang kita sebut uang (?) enggak.

Karena tema kita menyangkut diskriminasi harga, lengkapnya “Third-degree Discrimination” itu berarti disini kita akan membahas masalah yang ada pada pasar monopoli. Sejatinya memang pasar ini terlihat enak diluar, orang awam tentu akan tergiur ketika mendengar kalau monopoli bisa menetapkan harga berapapun tanpa teori yang jelas. Ternyata, pasar monopoli ini juga memiliki beberapa kendala, utamanya mengenai “characteristic of demand”.

Bahkan jika si monopoli ini mampu untuk menetapkan harga tunggal untuk masing-masing output perusahaan, mereka setidaknya harus tau secara kasar elastisitas permintaan yang dihadapi pasar tersebut. Permintaan itu kan untuk menentukan berapa harga (serta output yang menyesuaikan tingkat harga). Selanjutnya perusahaan monopoli harus menerapkan system strategi penetapan harga yang lebih rumit, misalnya seperti menetapkan harga yang berbeda kepada konsumen yang berbeda (karena disini perusahaan akan menihat seberapa besar “WILLINGNESS TO PAY” dari si konsumen), menetapkan harga yang berbeda juga terhadap perbedaan kuantitas barang (contoh barang grosiran) atau simplenya kalau kalian beli 1 baju @50.000, 2 baju @45.000 (1 baju 45.000), 3 baju @40.000 (1 baju 40.000). nah untuk bisa menerapkan system seperti ini, tentu pemangku kepentingan berperan penting serta butuh kecerdikan untuk mendapatkan informasi yang sempurna tentang permintaan.

Sekarang kita masuk ke materi inti yaa

Third-degree Discrimination itu perbedaan harga untuk setiap satu kelompok. Contohnya : perusahaan maskapai, dia tau nih pembagian kelompoknya kalau misalnya konsumen nya “pelajar” dan juga “elite bisnis”. Mereka akan tau kalau si pelajar mungkin hanya mampu membayar sekian harga dibandingkan dengan elite bisnis karena income pelajar itu lebih sedikit dibandingkan dengan para elite bisnis. Maka sesungguhnya third-degree discrimination ini telah hadir. Pembuktian matematisnya gimana?



ketika P1 merupakan harga yang ditetapkan kepada konsumen 1 sedangkan P2 untuk konsumen kedua dan QT = Q1 - Q2. Maka :



Perusahaan harus meningkatkan penjualanya ke setiap kelompok konsumen, Q1 dan Q2 sampai keuntungan tambahan yang terakhir terjual sama dengan nol. Pertama-tama kita menetapkan keuntungan tambahan penjualan ke kelompok konsumen pertama sama dengan nol.

Lalu kemudian ..



Karena delta (P1.Q1)/delta Q1 merupakan pendapatan tambahan dari unit penjualan ekstra ke kelompok pertama konsumen yaitu MR1.



Istilah berikutnya delta C/delta Q1 adalah biaya tambahan untuk memproduksi unit ekstra ini, istilahnya MC. Maka dari itu kita memiliki persamaan sebagai berikut

 
Begitu pula untuk kelompok kedua, kita punya

 
Dengan demikian kita peroleh sebagai kesimpulanya nih



Dengan demikian kurva yang dihadapinya adalah


Special thanks to : Pindyck and all friends that always support us (love)

Comments

Post a Comment

Komentar seputar pembelajaran sangat di hargai asal tidak mengandung unsur kekerasan.

Popular posts from this blog

Teori Sarang Laba-laba (Cobweb)

Sarang laba-laba (cobweb) merupakan salah satu penerapan analisa supply-demand untuk menjelaskan mengapa harga beberapa barang pertanian dan peternakan menunjukan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Salah satu sebab dari fluktuasi tersebut adalah adanya reaksi yang “terlambat” dari pihak produsen terhadap harga. Teori cobweb dibagi menjadi 3 kasus : Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap (continuous fluctuation) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan (convergent fluctuation) Siklus yang mengarah pada eksploitasi harga (divergent fluctuation) Kasus 1 : Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap Pada kondisi keseimbangan pasar (Qs = Qd), harga tomat sebesar Rp 100.000,- dan jumlah produksi 20 kg. Tetapi karena terjadi ledakan hama jumlah tomat yang ditawarkan di pasar turun menjadi 10 kg (Qt), hal ini mendorong kenaikan harga menjadi Rp 150.000,- (Pt). Ketika harga naik para produsen tomat berusaha menambah jumlah pro...

Teori Jean Baptiste Say (1767-1832)

J.B Say berasal dari Prancis. Seperti halnya Ricardo, J.B Say juga berasal dari kalangan pengusaha dan bukan akademis (lihat teori entrepreneur J.B Say dibawah). Jadi, J.B Say ini hobi mengembangkan teori-teori para ekonom sebelumnya dan terlebih lagi keterkaitannya dengan pengembangan teori-teori ini berlangsung pada waktu ia sudah memasuki usia senja, mendekati usia 50 tahun. FYI, J.B Say ini sangat memuja pemikiran-pemikiran nya Smith. Hasil kerjanya dirangkum kemudian kedalam bukunya Traite d’Economie Politique (1903). Apa yang sebenarnya dilakukan J.B Say ini sangat membantu dalam memahami pemikiran-pemikiran Smith dalam bukunya The Wealth of Nations , yang bahasanya relative sulit dicerna oleh orang awam. Nah, kontribusi terbesar apasih yang dilakukan J.B Say? Ternyata, kontribusi terbesar terhadap aliran klasik ialah pandanganya yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri ( supply creates its own demand ). Pend...

Teori Adam Smith : Division of Labour (Pembagian Tenaga Kerja)

Dalam beberapa karya-karyanya, Adam Smith cukup banyak memberikan perhatian pada produktivitas tenaga kerja. Dari hasil pengamatanya yang cukup mendalam, Smith mengambil kesimpulan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja ( division of labour ). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. (Deliarnov, 2010. p. 36).   Adanya spesialisasi sejatinya dapat diartikan bahwa setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja. Kelebihan barang atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan (diperdagangkan) dipasar. (Deliarnov, 2010). Untuk lebih menjelaskan pendapat diatas, Smith memberikan contoh dampak pembagian tugas dalam pembuatan peniti. Jika tiap orang melakukan semua jenis pekerjaan sendiri-sendiri (termasuk didalam nya meluruskan kawat, memotongnya, me...