Skip to main content

Re-denominasi? Siapa takut?




Baru-baru ini kalian mungkin sudah mendengar kabar di berbagai media massa bahwasanya Negara kita tercinta (Indonesia) akan melakukan perubahan terhadap nilai mata uang. Perubahan terhadap nilai mata uang ini yang kita sebut re-denominasi. Apasih itu Re-denominasi? Buat kalian yang baru pertama kali baca tulisan ini atau bahkan baru detik ini mendengar kata itu yuk disimak baik-baik.

Re-denominasi merupakan  penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil (sedikit) tanpa mengubah nilai tukar dari uang tersebut (BI, 2017).

Tapi tahukah kalian? Sejatinya Bank Indonesia telah menggagas wacana penyederhanaan rupiah ini sejak tahun 2010, lantas mengapa sampai saat ini berita tersebut masih sebatas wacana?

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo sebelumnya berujar redenominasi siap dilakukan karena kondisi perekonomian yang membaik. Dia mengatakan dibutuhkan waktu transisi sekitar tujuh hingga delapan tahun untuk bisa mengimplementasikannya secara keseluruhan. "Kalau misalnya masuk ke Prolegnas 2017, tahun depan sudah bisa kita mulai sosialisasikan," katanya.

Menurut Sri Mulyani, proses transisi kebijakan redenominasi yang akan memakan waktu lama harus ditopang dengan pondasi perekonomian yang harus terjaga dengan baik. Begitu pula dengan stabilitas neraca pembayaran, kebijakan fiskal, dan moneter. "Semua harus memiliki kualitas terjaga sehingga menimbulkan kepercayaan diri," ucapnya.

Eits tunggu dulu, uang yang kita tau bagi semua Negara sudah menjadi alat vital karena tidak bisa dipungkiri lagi uang merupakan salah satunya media untuk melakukan transaksi di era modern saat ini. Begitupun dengan BI, meskipun memiliki kewenangan dengan kebijakan moneter nya, lantas BI harus mempertimbangkan hal-hal berikut sebelum melakukan re-denominasi rupiah agar berjalan lancar :

1.      Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (BI, 2017).

2.      Inflasi year on year

Inflasi year on year atau inflasi tahunan adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan harga indeks konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun sebelumnya, biasanya disingkat (Y-o-Y). Inflasi Y-o-Y tehitung Juni 2017 sebesar 4.37% (BI, 2017)

3.      Laju pertumbuhan ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi menjadi tolak ukur nomor tiga sebelum BI memutuskan akan melakukan penyerdahaan terhadap nilai tukar rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dengan tingkat inflasi dimana tingkat inflasi yang cenderung kecil dan stabil akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Negara tersebut, sebaliknya ketika inflasi tinggi dan sudah tidak bisa dijangkau justru Negara tersebut akan mengalami kehancuran dalam nilai mata uangnya. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sebesar 5.1% (BI, 2017).


Ketika semua prasyarat telah dipenuhi, BI kemudian bisa menjalankan kebijakan moneternya untuk melakukan penyederhanaan nilai Rupiah. Tapi sebenarnya apasih tujuan, keuntungan dan manfaat BI memberlakukan penyederhanaan uang? Berikut tujuan, keuntungan dan manfaat dilakukan re-denominasi :

1.      Menyederhanakan nilai mata uang (tujuan)
2.      Mempermudah perhitungan (keuntungan)
3.      Tidak mengurangi nilai mata uang itu sendiri (manfaat)

Jangan bahagia dulu karena ketiga point positif diatas, re-denominasi ternyata memiliki dampak juga loh. Seperti :

1.      Kepanikan masyarakat

Apabila pemerintah terlalu terburu-buru dalam melakukan redenominasi akan menyebabkan kurangnya waktu sosialisasi. Seharusnya pemerintah, dalam kasus ini Bank Indonesia harus melakukan komunikasi dari publikasi atas pelaksanaan redenominasi seperti di radio, televise, media cetak, media cetak, internet, materi tercetak, dll. Mengapa hal tersebut harus dilakukan? Bayangkan seseorang yang tinggal di pedalaman tidak mengetahui kabar ini mungkin bisa jadi mereka mengira dan panic bahwa nilai uang mereka dipotong (lihat perbedaan redenominasi dan sanering). Kepanikan ini bisa jadi membuat masyarakat mengonversi uang yang dipegang jadi barang-barang kebutuhan pokok yang berujung pada peningkatan dalam permintaan.

2.      Memperbesar potensi inflasi

Akibat peningkatan permintaan karena kurangnya sosialisasi diatas bisa memperbesar potensi inflasi akibat penyerdahaan uang yang dilakukan pemerintah.


Kesimpulan : Indonesia sudah dikatakan mampu untuk segera melakukan redenominasi sebab sudah memenuhi beberapa prasyarat sebelum BI mengambil tindakan untuk menyederhanakan nilai rupiah dan perlu diingat bahwasanya dalam hal politik semuanya bias dijadikan alasan sebagai modal terbaik ketika (mungkin) salah satu nama partai pemerintah memamerkanya kepada rakyat.
“Lihat kan pemerintah berhasil membuat 1 dollar hanya seharga Rp. 10” ‼
Perlu kalian ketahui, sejatinya yang berubah hanya pada NOMINAL nya saja, bukan NILAI nya.

Sumber :

Comments

Popular posts from this blog

Teori Sarang Laba-laba (Cobweb)

Sarang laba-laba (cobweb) merupakan salah satu penerapan analisa supply-demand untuk menjelaskan mengapa harga beberapa barang pertanian dan peternakan menunjukan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Salah satu sebab dari fluktuasi tersebut adalah adanya reaksi yang “terlambat” dari pihak produsen terhadap harga. Teori cobweb dibagi menjadi 3 kasus : Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap (continuous fluctuation) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan (convergent fluctuation) Siklus yang mengarah pada eksploitasi harga (divergent fluctuation) Kasus 1 : Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap Pada kondisi keseimbangan pasar (Qs = Qd), harga tomat sebesar Rp 100.000,- dan jumlah produksi 20 kg. Tetapi karena terjadi ledakan hama jumlah tomat yang ditawarkan di pasar turun menjadi 10 kg (Qt), hal ini mendorong kenaikan harga menjadi Rp 150.000,- (Pt). Ketika harga naik para produsen tomat berusaha menambah jumlah pro...

Teori Jean Baptiste Say (1767-1832)

J.B Say berasal dari Prancis. Seperti halnya Ricardo, J.B Say juga berasal dari kalangan pengusaha dan bukan akademis (lihat teori entrepreneur J.B Say dibawah). Jadi, J.B Say ini hobi mengembangkan teori-teori para ekonom sebelumnya dan terlebih lagi keterkaitannya dengan pengembangan teori-teori ini berlangsung pada waktu ia sudah memasuki usia senja, mendekati usia 50 tahun. FYI, J.B Say ini sangat memuja pemikiran-pemikiran nya Smith. Hasil kerjanya dirangkum kemudian kedalam bukunya Traite d’Economie Politique (1903). Apa yang sebenarnya dilakukan J.B Say ini sangat membantu dalam memahami pemikiran-pemikiran Smith dalam bukunya The Wealth of Nations , yang bahasanya relative sulit dicerna oleh orang awam. Nah, kontribusi terbesar apasih yang dilakukan J.B Say? Ternyata, kontribusi terbesar terhadap aliran klasik ialah pandanganya yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri ( supply creates its own demand ). Pend...

Teori Adam Smith : Division of Labour (Pembagian Tenaga Kerja)

Dalam beberapa karya-karyanya, Adam Smith cukup banyak memberikan perhatian pada produktivitas tenaga kerja. Dari hasil pengamatanya yang cukup mendalam, Smith mengambil kesimpulan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja ( division of labour ). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. (Deliarnov, 2010. p. 36).   Adanya spesialisasi sejatinya dapat diartikan bahwa setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja. Kelebihan barang atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan (diperdagangkan) dipasar. (Deliarnov, 2010). Untuk lebih menjelaskan pendapat diatas, Smith memberikan contoh dampak pembagian tugas dalam pembuatan peniti. Jika tiap orang melakukan semua jenis pekerjaan sendiri-sendiri (termasuk didalam nya meluruskan kawat, memotongnya, me...